-->

PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA IRAN

 

PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA IRAN

 

ARTIKEL

 

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Perbandingan Pendidikan Islam 

Ditujukan kepada Dosen :

Dr. Ahmed, Lc, MLC  


Oleh :

SITI NUR ALIYAH

 

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL KHOZINY BUDURAN SIDOARJO

2022

 

 

 

 

Abstrak

Setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, sistem pendidikan Iran mengalami perubahan yang sangat mendasar dan semua upaya pendidikan harus disesuaikan dengan prinsipprinsip Islam. Prioritas harus diletakkan pada terjaminnya usaha mendidik anak-anak dan generasi muda sehingga menjadi muslim yang konsekuen dan punya komitmen yang tinggi terhadap agama Islam. Pendidikan di Iran masih bersifat sentralistik terdiri dari pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Pendidikan dasar dan menengah di bawah naungan Departemen Pendidikan (ministry of education), sedangkan pendidikan tinggi di bawah naungan dan pengawasan Departemen Ilmu dan Teknologi. Sejak Revolusi Islam, universitas dan perguruan tinggi baru telah dibangun, menawarkan berbagai spesialisasi. Selain itu, sejak tahun 1987, program master dan doktor telah ditawarkan dalam berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Pada tahun 1989 MCHE mencatat ada lebih dari 100 lembaga pendidikan tinggi yang terdiri dari 30 universitas, 14 adalah komplek universitas dan perguruan tinggi, 5 adalah perguruan tinggi swasta non-pemerintah dan 36 lebih pusat-pusat pendidikan tinggi dan instansi pemerintah.

Kata kunci: pendidikan, Islam, Iran

 A. Pendahuluan

            Iran (Republik Islam Iran) beribukota di Teheran. Negara pegunungan yang terletak di daerah Timur Tengah di belahan Utara bumi, antara 25˚ dan 40˚ garis lintang serta 44˚ dan 63˚ garis bujur. Disebelah utara berbatasan dengan Republik Armenia, Laut Kaspia, dan Republik Turkimenistan, disebelah Barat Daya dengan Irak, disebelah Timur Laut dengan Afganistan dan Pakistan, disebelah Barat Laut dengan Turki dan disebelah Selatan dengan Oman dan Teluk Persia. Luas wilayah Iran 1.638.057 km2, terbagi atas 24 provinsi, 195 kotapraja, dan 500 distrik. Provinsi terbesar ialah Khurasan dengan luas 315.687 km2, sedangkan propinsi terkecil adalah Gilan yang luasnya 14.820 km2 . Iran adalah sebuah negara yang berbilang suku, dan agama. etnik mayoritas ialah etnik persia, dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan orang arya. kebanyakan penduduk iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga bahasa iran, termasuk bahasa persia sebagai bahasa pemersatu. kumpulan minoritas iran ialah azeri , gilaki dan mazandarani, kurdi, arab, baluchi, lur, turkmen, dan juga suku-suku lain. bahasa parsi juga merupakan bahasa pengantar dalam sistem pendidikan di Iran.[1] Penduduk Iran pada tahun 2006 ialah 70 juta. sebanyak dua pertiga jumlah penduduknya di bawah umur 30 tahun, dan penduduk yang melek huruf 86%. tingkat pertambahan penduduknya semenjak setengah abad yang lalu tinggi, dan diperkirakan akan menurun di masa depan.

Kebanyakan penduduk iran adalah muslim, di mana syiah 90%, dan 8% sunni. 2% lagi adalah penganut agama baha'i, mandea, hindu, zoroastrianisme, yahudi, dan kristen. zoroastrianisme, yahudi, dan kristian diakui oleh pemerintah iran, dan turut mempunyai perwakilan di parlemen. agama baha'i tidak diakui.[2]

Sejarah adalah pemaparan tentang kehidupan, aktivitas manusia di masa lalu di suatu tempat tertentu.[3]Kaitannya dengan sejarah Islam, hal itu mulai dari sejarah diturunkannya wahyu, yang sampai kini perjalanan Islam demikian berkembang ke berbagai Negara, dan salah satunya adalah Republik Iran. Dalam perspektif sejarah, berdirinya Iran tidak terlepas dari sejarah kerajaan Safawi yang pernah jaya terutama di abad pertengahan.[4]Kerajaan Safawi berperan dominan dalam menghidupkan dan menyebarkan paham Syiah sehingga sampai sekarang Iran menjadi basis utama mazhab Syiah

B. Sejarah berdirinya Iran

Republik Islam Iran (Jumhuri ye Islame ye Iran) adalah sebuah negara muslim Syiah terbesar di dunia. Nama Iran sudah digunakan sejak era Dinasti Sasania yang diambil dari bahasa Persia kuno yang berarti, “negara bangsa Arya”. Namun, hingga tahun 1935, di negeri-negeri lain yang berbahasa Inggris, negeri ini dikenal dengan nama Persia. Sebuah kata yang diwariskan dari bangsa Yunani yang menamai negeri ini dari nama salah satu provinsinya yang terpenting, yakni Pars (sekarang bernama Fars).[5]

Awalnya kawasan ini telah dihuni sejak abad XVI SM oleh dua suku yaitu Madyan dan Persia. Keduanya saling berebut kekuasaan satu sama lain, hingga tahun 550 SM, bangsa Persia yang dipimpin oleh Raja Cyrus II (the great of Cyrus) berhasil menguasai wilayah ini dan membangun imperium pertama dengan Dinasti Archeimenid. Persia pada masa itu menjadi sebuah imperium besar yang wilayah kekuasaannya hingga mencapai Suriah, Palestina, seluruh Asia Kecil bahkan Mesir. Namun seiring dengan penyerangan bangsa Macedonia yang dipimpin oleh Alexander the great serta menguatnya pengaruh kekaisaran Romawi, berangsur-angsur wilayah kekuasaan Persia makin menyempit. Walau demikian pada masa itu kekaisaran Persia merupakan lawan tanding atas kekaisaran Roma dalam memperebutkan kekuatan sebagai imperium adidaya di dunia pada saat itu.[6]

Setelah Cyrus II mendirikan imperium Persia dengan dinasti Archeimenid, selanjutnya bangsa Iran selama lebih 2500 tahun diperintah oleh 9 dinasti hingga dinasti Pahlevi. Namun diantara pemerintahan dinasti-dinasti tersebut, bangsa Iran sempat mengalami masa-masa penaklukan oleh Alexander the great pada abad 4 SM dan pada masa itu bangsa Iran mengalami periode Helenisasi, lalu masa penaklukan bangsa Arab (Islam) dimulai pada tahun 636 M di masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, penaklukan bangsa Mongol pada tahun 1219-1353 M, serta masa pendudukan bangsa Afghanistan antara tahun 1736-1779 M.[7]

Setelah penaklukan bangsa Arab yang dimulai pada tahun 636 M, berangsur-angsur bangsa Iran yang awalnya mennganut agama Zoroaster (Majusi) memeluk agama Islam. Hingga kini penduduk Iran yang diperkirakan berjumlah 70 juta jiwa (2007) yang mendiami wilayah seluas 1.636.100 Km persegi, mayoritas penduduknya (99%) adalah muslim dengan pembagian 89% Syiah dan 10% Sunni, serta terdapat 1% penganut Kristen yang terdiri atas suku Armenia dan Assyyiria, penganut Zoroaster, dan Yahudi.[8]

Proses pembentukan pemerintahan bangsa Iran sebagai negara modern dengan sistem pemerintahan yang mulai modern, yakni pada masa dinasti Shafawi (1507-1736) dan dinasti Qajar (1779-1925). Di masa pemerintahan Shafawi, karakteristik sosial dan pemerintahan kental dengan penerapan ortodoksi agama dengan sufisme dengan corak Syiah yang sangat kental. Wilayah Iran mulai mendapatkan campur tangan Eropa terutama Inggris pada tahun 1779 berbarengan dengan berdirinya dinasti Qajar oleh Agha Muhammad Qajar pada tahun 1779.[9]

Sejak tahun 1906, Iran (pada saat itu di bawah dinasti Qajar) telah menjadi negara monarki konstitusional dengan pembentukan dewan legislatif yang terdiri atas 200 anggota serta Majelis Tinggi yang terdiri atas 60 anggota (30 ditunjuk oleh Shah dan 30 lainnya dipilih melalui proses pemilihan).

Pada tahun 1925 dinasti Qajar jatuh dan digantikan oleh dinasti Pahlevi yang berkuasa hingga 1979. Titik balik terpenting dalam sejarah Iran adalah tumbangnya kekuasaan dinasti dengan model pemerintahan monarki yang telah bertahan selama lebih dari 25 abad pada bulan Februari 1979 melalui sebuah proses revolusi yang disebut dengan Revolusi Islam Iran. Revolusi yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini tersebut berhasil merubah negara Iran menjadi negara modern dengan sebutan Republik Islam Iran dengan sistem Wilayat al-Faqih di mana kekuasaan dipegang oleh otoritas wali faqih (ulama) sebagai pemimpin tertinggi pada wilayah agama dan politik. Di sini kemudian tidak dikenal dikotomi antara pemimpin politik dan pemimpin agama, semuanya terpusat pada wali faqih.[10]

Selama masa-masa awal revolusi, Iran mengalami masa-masa yang cukup sulit, terutama dengan peristiwa perang Iran-Irak selama 8 tahun (1980-1988). Perang ini cukup menguras energi dan banyak menelan kerugian serta korban pada bangsa Iran. Namun perang Iran-Irak ternyata tidak cukup mampu menggoyahkan eksistensi Republik Islam Iran yang baru saja terbentuk. Bangsa Iran, kemudian lambat laun mulai membangun kekuatannya pada setiap lini penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diantara ilmu pengetahuan dan militer. Hingga kini, bangsa Iran menjadi salah satu bangsa/negara muslim yang eksistensinya cukup disegani oleh masyarakat dunia internasional termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan sekutunya yakni Israel.

Data tentang garis besar kronologis berdirinya Republik Iran :

1.      Dinasti Ikhaniyah (tahun 1256-1336)

2.       Perpecahan menjadi rezim lokal (1336)

3.      Penaklukan Timur (Tamerlane) (1370-1405)

4.      Beberapa negara setelah Timuriah

5.      Qara Qayulu, Azarbaijan (1380-1468)

6.      Aq Qonyulu (1378-1508)

7.      Timuria di Heart (1407-1506)

8.      Rezim Safawiah

9.      Safi al-Din Ishaq (w. 1334)

10.  Sadr al-Din (w. 1391)

11.  Khwaja 'Ali (w. 1429)

12.  Ibrahim (w. 1447)

13.  Junayd (w. 1460)

14.  Haydar (w. 1488)

15.  Ismail I (w. 1524)

16.  Penaklukan Safawiah atas Iran (1501-1510)

17.  Dinasti Safawiah (1501-1722)

18.  Ismail I (1501-1524)

19.  Abbas I (1588-1629)

20.  Rezim Afshariah (1736-1795)

21.  Nadir Syah (1736-1747)

22.  Rezim Zands (1750-1794)

23.   Rezim Qajar (1779-1924)

24.  Rezim Pahlawiah (1925-1979)

Republik Iran (1979-sekarang) Untuk mengenal lebih lanjut tentang Iran, berikut ini dikemukakan keadaan negara tersebut:

-          Nama asli negara : Jumhuriah al-Islamie el-Iran

-          Luas wilayah : 1.647 KM2

-          Pemerintahan : 12 provinsi

-          Ibu Kota : Teheran

-          Penduduk : 159.051 jiwa (tahun 2000)

-           Kepadatan penduduk : 92 jiwa per mil2

-          Pertumbuhan penduduk : 31,1% per tahun

-           Suku bangsa : Persia 51%, Azerbaijan 25%, Kurdi 9%.

-          Bahasa Resmi : Farsi

-          Mata uang : Rial

-          Sumber alam : Minyak, chromium, gas, tembaga, timah, mangan, seng, batu bara, dll.

Industri : Baja, petrokimia, semen, karpet, dll.

Keruntuhan atas kekuasaan Syah Iran dibawah kepemimpinan Muhammad Reza Pahlevi, diadakan referendum yang diikuti seluruh rakyat Iran yang mempunyai hak pilih. Kemudian bentuk negara Iran yang monarki diganti menjadi Republik Islam Iran mazhab Syiah. Konsep negara Republik Islam ditetapkan Iran berbeda dengan republik Islam lainnya. Hal ini disebabkan rakyat Iran mayoritas menganut Islam mashab Syi’ah. Mashab ini menekankan kepemimpinan atas sebuah negara sangat penting, sebagaimana mempertahankan kepemimpinan Ali Karramullahu Wajha sebagai pemimpin setelah Rasulullah saw. sampai kapan pun. Lain hal dengan mazhab Sunni yang meyakini bahwa Rasulullah meninggal tidak menunjuk pengganti sebagai pemimpin umat Islam.[11]

Orde Republik Islam Iran telah memasuki usianya yang ketiga puluh dua tahun. Sebagaimana diketahui bahwa Republik Islam Iran diproklamasikan pada tanggal 11 Pebruari 1979, menyusul kemenangan kaum revolusioner Islam dibawah kepemimpinan Imam Khomeini atas Rezim Syah Reza Pahlevi yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat.[12]

B.     C. Sekilas Masuknya Islam di Iran

Pada tahun 637 M melalui perang Qadisiyyah, Imperium Persia jatuh ke tangan kaum muslimin yang waktu itu dibawah panglima Saad Ibn Abi Waqqas pada tahun 637 setelah memenangkan pertempuran al-Qadisiyah pada zaman kekhalifahan Umar Ibn Khattab. setelah melalui peperangan Nahavand, seluruh Imperium Persia yang waktu itu dipimpin oleh Yazdajird jatuh ke tangan kaum muslimin. Sejak itu Persia yang menganut agama Zoroaster beralih ke agama Islam. Akhirnya agama Islam pun bisa berkembang disana. Setelah kehadiran Islam, Persia merupakan salah satu ibukota peradaban dunia yang terkenal dengan kemajuan sastra, filsafat, kedokteran, astrronomi, matematik pada era kekuasaan Ghaznavid, Seljuk, Ilkhanid dan dinasti Timurid.

Sampai tahun 820 M seluruh wilayah Persia praktis berada dibawah kekuasaan penuh khalifah di Baghdad. Tetapi sejak tahun 820 M, muncullah dinasti-dinasti kecil maupun besar di berbagai wilayah Persia. Dinasti-dinasti itu antara lain: Dinasti Samanid (892-999 M), Gaznawi (999-1037 M), dan Seljuk (1037-1157 M). Pada tahun 1501 M muncullah kerajaan Safawi yang menganut Islam Syi’ah dua belas Imam sebagai agama resmi negara.4 Diantara kota penting pada masa kerajaan Safawi adalah Isfahan. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu Jayy, (dulunya merupakan Ibu kota provinsi Persia pada waktu itu), dan kota Yahudiyyah.5 Sejak tahun 11 Februari 1979 M, melalui revolusi Islam yang dipimpin oleh ulama terkemuka Iran, Ayatullah Khomeini. Sistem kerajaan di Iran yang telah ribuan tahun berkuasa kemudian dihapus dan diganti dengan Republik Islam Iran sampai sekarang.[13]

C.    Model dan Metode Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Iran dan di Indonesia

1.      Indonesia

Untuk kasus Indonesia, Secara garis besar ada dua jenis setoran tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak, yaitu: pertama, bi al-naẓar (melihat yaitu santri membaca al-Qur’an di depan gurunya dengan membuka atau melihat mushaf al-Qur’an. Dalam hal ini, guru/kyai harus bertemu dan dapat melihat gerak bibir santrinya sehingga dengan cepat membenarkan bila terdengar kesalahan. Kedua, bi al-ghaib (tanpa melihat), yaitu santri membaca al-Qur’an di depan gurunya dengan cara hafalan, tanpa melihat atau membuka mushaf al-Qur’an. Guru/Kyai menyimak dan mengoreksi bacaannya, baik segi kelancaran atau pun tajwidnya.[14]

Kedua jenis ini disyaratkan oleh KH. M. Munawwir untuk talaqqī-mushāfahah. Talaqqī berarti pertemuan guru dan murid dalam satu majelis. Sedangkan mushāfahah artinya guru dapat mengamati cara gerak lisan murid, demikian murid juga dapat dilihat lisan guru. Semua santri pada saat itu secara langsung mengaji al-Qur’an di depan KH. M. Munawwir baik yang kelompok bi al-naẓar ataupun yang bi al-ghaib. Selain dua jenis setoran tahfidz tersebut, sebenarnya masih ada satu tahapan lagi, yaitu tahapan yang paling tinggi, qirā’ah sab’ah. Namun tahapan ini hanya diberikan kepada santri yang memang memiliki kelebihan khusus.

model dan metode pembelajaran tahfidz al-Qur’an yang diterapkan di lembaga atau pesantren-pesantren tahfidz al-Qur’an di Indonesia tidak mencakup pemahaman makna ayat-ayat yang dihafal. Bila di Indonesia ditemukan seorang hafidz ataupun hafidzah yang hafal al-Qur’an 30 juz sekaligus memahami maknanya. Hal ini bukan dari metode tahfidznya tetapi karena telah melampaui dua tahapan yaitu tahap menghafal al-Qur’an dan tahap penguasaan ilmu gramatikal bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Dua tahapan ini dilakukan dengan cara berikut: pertama, menghafalkan al-Qur’an terlebih dahulu 30 juz. Setelah proses atau tahap menghafal al-Qur’an ini selesai, kemudian dilanjutkan mendalami ilmu gramatikal bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Dengan demikian, pada akhirnya seorang hafidz tersebut tergerak untuk memahami ayat-ayat yang telah ia hafal.

Kedua, model lain yang ditempuh santri Indonesia adalah mempelajari ilmu gramatikal bahasa Arab dan ilmu keislaman terlebih dahulu kemudian pada tahun-tahun berikutnya dia masuk program tahfidz al-Qur’an. Dengan demikian, waktu yang diperlukan relatif lama untuk mencetak para penghafal al-Qur’an yang memahami maknanya. Kedua model pembelajaran inilah yang menjadi faktor utama ditemukannya 3 profil santri di Indonesia: 1). Memahami kajian Islam berikut dalil-dalilnya tetapi tidak hafal al-Qur’an 30 juz; 2). Hafal al-Qur’an dengan kualitas tinggi tetapi kurang atau bahkan tidak mampu memahami kandungan maknanya; dan 3). Hafal al-Qur’an 30 juz berikut maknanya. Profil ketiga dapat terwujud di Indonesia bila kedua tahapan (kajian ilmu keislaman dan tahfidz al-Qur’an dilampaui. Sedangkan bila berhenti di salah satu tahap maka akan terlahir profil yang pertama atau kedua).

2.      Iran

Para ulama di Iran tidak merekomendasikan menghafal al-Qur’an hanya secara tekstual. Akan tetapi, harus memahami isi dari semua ayat yang telah dihafal. Dalam sub bab ini akan diuraikan tahapan metodologis dalam menghafal al-Qur’an di Iran. Menurut Hujjatul Islam dan Muslim Prof. Ḥakimī. Menurut Prof. al-Ḥakimī, pembelajaran tahfidz al-Qur’an di Iran melalui tartibi (tartib mushaf) yang didahulukan ayat-ayat mudah baru kemudian dilanjutkan ayat-ayat sulit. Oleh karenanya pembelajarannya dimulai juz 30, surat al-Nās baru kemudian al-Naba’, setelah juz 30 selesai langsung ke juz satu, kedua dan seterusnya. Menurutnya terdapat bebrapa tahapan dalam proses pembelajaran al-Qur’an atau tahfidz al-Qur’an :

-          Langkah pertama siswa diarahkan untuk membaca teks yang akan dihafalkan

-          Langkah kedua al-istimā’, mendengarkan semua siswa yang akan menghafalkan setelah membaca sendiri surat yang telah ditentukan, kemudian siswa mendengarkan salah satu Syeikh yang terbaik di lembaga ini. Menurut al-Ustadz Shiddiq al-Minsawi (Iran), setiap siswa mendengarkan suara Syeikh kira-kira setengah atau satu halaman secara berulang kali, sehingga masing-masing siswa itu tahu cara membaca dengan bagus dan masuk dalam memorinya.

-          Kemudian langka ketiga adalah pemahaman. Al-nadrah mafihim al-āyāt, yaitu memikirkan atau memahami isi ayat yang akan dihafal.

-          Tahapan yang keempat adalah al-tikrār, yaitu mengulang-ulang ayat yang telah dihafal.

Beberapa kreasi dalam metode dan teknik menghafalkan al-Qur’an di Iran bisa dikatakan sangat bagus dan unggul di banding Indonesia, Turki, dan Arab Saudi. Sekiranya ditemukan hafidz lulusan lembaga tahfidz al-Qur’an dari Iran ternyata kurang bagus kualitas kelancaran hafalannya ataupun tidak memahami makna ayatnya, maka kekurangan tersebut pada dasarnya bukan pada metode dan teknik yang diterapkan oleh lembaga, tetapi pada kondisi individualnya.

Metode khusus yang diterapkan di Iran tersebut tidak ditemukan di Indonesia, Turki, maupun Arab Saudi. Artinya, di tiga negara tersebut, lembaga atau pesantren tahfidz tidak memasukkan pemahaman makna ayat dalam proses menghafal al-Qur’an. Namun demikian, dari temuan di lapangan ditemukan ada beberapa alumni atau santri yang hafal 30 juz dan mampu memahami maknanya. Namun, kemampuan tersebut sebenarnya tidak diperoleh dari metode atau sistem pengajaran yang diterapkan oleh lembaga atau pesantren tahfidz yang bersangkutan. Tetapi hal itu diperoleh berkat inisiasi atau kemampuan diri dari individu santri untuk belajar dan mengembangkan diri dalam memahami isi kandungan al-Qur’an.

Selain pembelajaran tahfid al-Qur’an, lembaga-lembaga tahfid di Iran, Turki dan Arab Saudi juga mengajarkan materi pendamping bagi para santri. Di Iran misalnya, diajarkan materi tafsir, bahasa asing (utamanya bahasa Arab), filsafat, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, termasuk materi ilmu pengetahuan dan teknologi.

D.    Perbedaan dan Perbandingan Pendidikan antara Iran dan Indonesia

Untuk melihat perbandingan penyelenggaraan pendidikan Islam di Republik Islam Iran dengan di Indonesia berikut tabel perbandingan di kedua negara: [15]


E.     Adzan Madzhab Syi’ah

 

adzan juga merupakan syiar Islam yang agung, tidak sedikit orang-orang kafir yang tertarik dan bergetar hatinya ketika mendengar seruan adzan kemudian memeluk Islam. Rangkaian kalimat adzan bukanlah sesuatu yang tidak memiliki makna, ia merupakan cerminan akidah seseorang, yang ia yakini dan pegang teguh.[16] Setelah mengucapkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, adzan tersebut diikuti dengan Asyhadu anna ‘Aliyan Waliyullah Aku bersaksi bahwasanya Ali adalah wali Allah Kemudian dilanjutkan Asyhadu anna Aliyan Amirol Mukminina wa Awladahu Al Ma’shumina Hujajullah “Aku bersaksi bahwa Ali pemimpin orang-orang beriman dan anak-anaknya yang makshum (para imam Syiah pen.) adalah hujah-hujah Allah.

Inilah gambaran tentang keyakinan Syiah yang sangat jauh berbeda dengan Ahlussunnah. Ahlussunnah mengagungkan Ali bin Abi Thalib, beliau memiliki banyak keutamaan yakni sebagai; sahabat nabi, ahlul baitnya, orang yang pertama-tama masuk Islam, dll. Namun Ahlussunnah tidak mengatakan beliau dan keturunannya makshum, terjaga dari kesalahan dan dosa. Orang-orang Syiah menjadikan persaksian ini sebagai ushul (pokok) agama.

Kemudian pula ada tambahan Hayya ‘ala Khoiril ‘amal, artinya marilah berbuat sebaik-baik amal perbuatan. Khoiril ‘amal di sini bukanlah sebagai penguat untuk mengajak orang-orang shalat, di antara orang-orang Syiah menjelaskan bahwa sebaik-baik amalan adalah menaati Fathimah dan keturunannya yang suci.

 

KESIMPULAN

Iran sebagai Negara yang unik dengan bentuk pemerintahan republik Islam. disamping sebagai Negara republic yang kepala negaranya dipegang oleh presiden, ternyata Iran memiliki jabatan tertinggi di atas presiden yang bertugas sebagai pengawas dan penentu kekuasaan tertinggi di Iran yaitu wilatul faqih, dengan aliran mazhabnya adalah syi’ah Itsna asyari. Perkembangan Iran pada masa revolusi telah mengubah semua sistem pada negara Iran tiak terkecuai pada sistem pendidikan yang harus disesuaikan pada prinsip pelaksanaan di negara Iran. Prioritas pendidikan negara Iran tertelatak pada tahap jenjang pendidikan yang dilaksanakan muai dati lembaga sekolah dasar hingga sekolah pendidikan tinggi. Iran memfokuskan pendidikan dengan mengirim dan mendukung masiswa negaranya untuk menambah ilmu pengetahuan ke luar negaranya serta mengratiskan biaya pendidikan di negaranya sendiri hingga pendidikan tinggi.

Iran sebagai negara yang banyak penghasil tambang memberikan 40% dana APBN pada pelaksanaan pendidikan. Iran termasuk negara yang mensuport  penuh penduduknya dalam bidang pendididkan. Pendidikan swasta juga dilaksanakan di Iran dengan ketentuan boleh memungut biaya pendidikan dari sekolah tersebut. Iran termasuk negara yang konsisten terhadap pendidikan di Negaranya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1.      Donald Wilber, Iran ; Past & Present, (New Hersey : Princeton University Press, 1975), h. 161-163

2.       “an account of what has happened, narative, story, tale and what has happened in the life or development of people, country, institutions, etc.” Noah, Webster’s Now Twentieth Century Dictionary, Cet. III (London: William Publisherman, 1980), 863

3.      Abad pertengahan dalam sejarah Islam, adalah kurun waktu antara tahun 1500- 1800 M, di mana di masa tersebut terdapat tiga kerajaan besar yakni Kerjaraan Turki Utsmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal India. Lebih lanjut, lihat P. M. Holt, et.al., The Cambrigde History of Islam, Vol. 1 (Cambridge: University Press, 1980), 18; Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I Cet. V (Jakarta: UI-Press, 1985), 56-58

4.      M. Ira Lapidus, A History of Islamic Societies (Sejarah Sosial Umat Islam), terj. Ghufran A. Mas’adi. Cet. III (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 433

5.      John L. Esposito, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Jilid VI (Oxford: Oxford University Press, 1995), 329.

6.      Lapidus, A History of Islamic Societies, 433

7.      Ensiclopedia of Iranica Jilid IV (California: Columbia University Pres, 1989), h. 98-99.

8.      Lihat Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 188. Lihat pula ICRO, op. cit., h. 5.

9.      Lebih lengkapnya lihat ibid., h. 5-23. atau lihat pula Mohand Bekhtaresy, Classical History of Iran, (Cet, I; Teheran: Teheran University Press, 1993), h. 12-57

10.  ICRO, op. cit., h. 3.

11.  David Morgan, Medieval Persia (1040-177), (Cet, I; London: Routledge, 1988), h. 133.

12.  Yamani, Filsafat Islam antara al-Farabi dan Khomeini ( Jakarta: Mizan: 2002), h.116

13.  Riza Sihbudi, Dinamika Revolusi Iran (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), h.34-39.

14.  http://www.ibe.unesco.org/fileadmin/user_upload/archive/Countries/WDE/2006/ASIA_and_the_PACIFI

15.  Kementerian Agama RI, Para Penjaga Al-Qur’an (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2011), Cet. Pertama, h. 24.




[1] Donald Wilber, Iran ; Past & Present, (New Hersey : Princeton University Press, 1975), h. 161-163

[2] Ibid

[3] Demikian yang dipahami dari pernyataan “an account of what has happened, narative, story, tale and what has happened in the life or development of people, country, institutions, etc.” Noah, Webster’s Now Twentieth Century Dictionary, Cet. III (London: William Publisherman, 1980), 863

[4] Abad pertengahan dalam sejarah Islam, adalah kurun waktu antara tahun 1500- 1800 M, di mana di masa tersebut terdapat tiga kerajaan besar yakni Kerjaraan Turki Utsmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal India. Lebih lanjut, lihat P. M. Holt, et.al., The Cambrigde History of Islam, Vol. 1 (Cambridge: University Press, 1980), 18; Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I Cet. V (Jakarta: UI-Press, 1985), 56-58

[5] Ensiclopedia of Iranica Jilid IV (California: Columbia University Pres, 1989), h. 98-99.

[6] Lihat Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 188. Lihat pula ICRO, op. cit., h. 5.

[7] Lebih lengkapnya lihat ibid., h. 5-23. atau lihat pula Mohand Bekhtaresy, Classical History of Iran, (Cet, I; Teheran: Teheran University Press, 1993), h. 12-57

[8] ICRO, op. cit., h. 3.

[9] David Morgan, Medieval Persia (1040-177), (Cet, I; London: Routledge, 1988), h. 133.

[10] Lihat ibid., h. 191.

[11] Yamani, Filsafat Islam antara al-Farabi dan Khomeini ( Jakarta: Mizan: 2002), h.116

[14] Kementerian Agama RI, Para Penjaga Al-Qur’an (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2011), Cet. Pertama, h. 24.

[15] Ismanita, Hubungan Dukungan Pemerintah dan Kemajuan Pendidikan di Suatu Negara (Studi Komperatif Pendidikan di Negara Iran dan Indonesia), Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

2010.

0 Response to "PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA IRAN"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel