COMPARE ABOUT ISLAMIC EDUCATION BETWEEN EGYPT AND INDONESIA
COMPARE ABOUT ISLAMIC EDUCATION
BETWEEN EGYPT AND INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu :
Dr. Ahmed, Lc., M.Lc
Ditulis Oleh :
Umi Maulidia Yuliningrum
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-KHOZINY
BUDURAN-SIDOARJO
2022
ABSTRACT
This study describes the contemporary
education system in the Republic of Egypt. Since the revolutionary era of 1952,
Egypt has sought to expand access to education opportunities for the community
as a prerequisite for the country's social and economic development. In this
study, a literature review was conducted to obtain and describe Egyptian
educational information based on references from various sources. The results
show that Egypt has an education system with two parallel structures, namely
the secular structure and the religious structure of Al-Azhar. The secular
structure is regulated by the ministry of education while the religious
structure of Al-Azhar by the ministry of Al-Azhar affairs or commonly referred
to as the ministry of religion in other countries. In the description of this
article, it can be seen the similarities and differences between the education
system in Egypt compared to Indonesia. Each country's education system has
advantages and disadvantages, so the two countries can take each other's best
practices to be adopted and taken into consideration in the development of the
education system.
Keywords : Education System; Egypt;
Indonesia.
I.
PENDAHULUAN
Mesir disebut
negerinya para nabi, banyak nabi-nabi yang menetap dan juga lahir di sini
seperti Babi Ya’qub a.s, Nabi Yusuf a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Harun a.s, bahkan
Nabi Ibrahim yang merupakan ayahnya para nabi pernah datang ke Mesir.
Sejak Rasulullah SAW.
Masih hidup, mesir sudah menjalin hubungan baik dengan Rasulullah SAW. Salah
satu bukti dari hal tersebut adalah istri beliau yang bernama Maria
al-Qibthiyah, seorang yang berasal dari mesir, bahkan Rasulullah mempunyai anak
dari wanita tersebut yang bernama Ibrahim.[1]
Meskipun hubungan
sudah terjalin sejak lama, mesir baru menjadi kota islam sejak umar menjabat
sebagai khalifah menggantikan abu bakar. Mesir dapat ditaklukkan di bawah
pimpinan Amr Bin Ash. Dengan dikuasainya iskandariah suatu tanda bahwa seluruh
mesir sudah berada di tangan kaum muslimin. Iskandariah sebagai ibukota Mesir
jatuh ke pangkuan islam pada tahun 641 M.[2]
Secara geografis,
Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat)
sedangkan sebagian wilayahnya terletak di Afrika Utara dengan luas wilayah
keseluruhan Mesir sekitar 997.793 Mesir
berbatasan dengan Libya di sebelah
barat, Sudan di selatan, Laut Mediterania di utara, dan jalur gaza, Israel,
laut merah di timur. Mesir adalah Negara
dengan Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi dengan sistem pemerintahan republic
semi presidensial. Ibukota sekaligus kota terbesar di Mesir adalah Kairo. Agama
islam sebagai agama mayoritas penduduk di mesir dengan total penganut sebanyak
94,9%, sedangkan sisanya sebanyak 5,1%
beragama Kristen, dan 1,0% beragama yahudi, budha, dan agama lainnya. Penduduk
beragama islam secara umum menganut empat madzhab, yakni hanafi, maliki,
syafi’I, dan hambali. Namun mayoritasnya menganut madzhab syafi’i. Menurut
konstitusi mesir, semua perundang undangan harus sesuai hukum islam. Sedangkan
secara konstitusional pemerintah Mesir menganut madzhab hanafi, karena madzhab
hanafi dianggap lebih relevan dalam perundang undangan.
Negara
Kesatuan republic Indonesia adalah sebuah Negara di asia tenggara yang dilintasi
garis khatulistiwa. Indonesia adalah Negara kepualauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.504 pulau dengan populasi mencapai 370.203.917 jiwa pada tahun
2020. Indonesia menjadi Negara berpenduduk terbesar ke empat di dunia dan
Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan penganut lebih dari 230 juta
jiwa selebihnya beragama katolik, protestan, hundu, budha, dan konghucu.
Menurut salah satu pendapat, islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 Masehi
dibawa oleh pedagang dari Gujarat dan perkembangan dakwah dimulai pada abad ke
11 dan 12 Masehi. Meskipun Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas penduduk
beragama islam, dari awal pendahulu Indonesia tidak berniat menjadikan
Indonesia menjadi Negara Islam untuk menghormati keanekaragaman agama di
dalamnya. Indonesia adalah Negara kesatuan yang berpedoman pada pancasila dan
UUD 1945 yang isinya juga sesuai dengan ajaran agama islam. Umat islam di
Indonesia menganut empat madzhab dalam hal fikih, yakni madzhab syafi’I,
hanafi, maliki, dan hanbali. Namun mayoritas umat islam mengikuti madzhab imam syafi’i.
II.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Sistem
Pendidikan Islam di Mesir
Ada
dua sistem pendidikan di Mesir, yakni sistem pendidikan Sekuler dan Sistem
pendidikan sekolah Al Azhar. Keduanya mengikuti Sistem pendidikan nasional di Negara Mesir
meliputi :
1.
Sekolah dasar (ibtida’i) selama 5 tahun
2.
Sekolah
menengah pertama (I’dadi) selama 3 tahun
3.
Sekolah
menengah atas (tsanawiyah ‘Ammah) selama 3 tahun
4.
Pendidikan tinggi selama 4-6 tahun[3]
Sistem sekolah Al Azhar hampir sama dengan sistem
sekolah sekuler pada tingkat pendidikan dasar. Perbedaannya ialah bahwa
pendidikan agama islam lebih mendapat penekanan di sekolah al azhar. Baik
sekolah umum ataupun sekolah al azhar sejak pendidikan dasar mulai diajarkan
untuk menghafal al qur’an. Pada pendidikan dasar, anak – anak Mesir diajarkan
pelajaran Al-qur’an, agama, Imla’, khot, dan Insya’. Bagi penduduk asli mesir
yang kuliah di Universitas Al Azhar pada program under graduate atau S1 wajib
hafal 15 Juz, dan pada program post graduate atau S2 harus hafal 30 juz, dan
untuk program doctor harus bisa mengulang yang telah dihafalkan 30 juz. Per tahun
pemerintah menganggarkan 25 juta dollar AS untuk memberi penghargaan pada
penghafal al-qur’an. Namun bagi mahasiswa universitas Al Azhar dari luar mesir
cukup wajib menghafal 1 juz untuk setiap semesternya.
Belajar
di mesir sebenarnya tidak sepenuhnya bertumpu pada kepintaran melainkan
kesungguhan, kerajinan, ketekunan, dan kesabaran. Terdapat banyak tempat
pengajian mulai dari pengajian bahasa arab, fikih, tafsir, Al-Qur’an, ilmu
hadits, dan lainnya sampai pengajian yang memfokuskan pada menghafal Al-Qur’an.
Metode
Pembelajaran yang digunakan di Al Azhar adalah talaqqi dan Musyafahah yakni
sistem face to face seorang syaikh menyampaikan ilmu melalui lisan secara
langsung kepada muridnya dengan halaqah, yaitu seorang guru duduk di
tengah-tengah murid, lazimnya di atas kursi kemudian murid-murid duduk
berdekatan mengelilinginya, lalu guru membacakan materi yang akan dibahas
kemudian menjelaskannya dan murid mendengarkan sekaligus mencatat hal-hal yang
penting dari penyampaian guru. Penggerak talaqqi di al azhar salah satunya
adalah sysikh Ali Jum’ah dibantu oleh syaik-syaikh lain, dan pertama kali
diresmikan oleh khalifah al muiz lidinillah .
Masjid
al azhar memiliki banyak ruwaq-ruwaq untuk pembelajaran keilmuan, diantaranya
yang masyhur adalah ruwaq utsmaniyah, ruwaq fathimiyah, ruwaq magharibah, ruwaq
al atrak, dan ruwaq abbas ygyiyah. Selain masjid al azhar ada beberapa masjid
lain di mesir yang juga menyelenggarakan talaqqi/pengajian di dalamnya, yakni
masjid Sayyidina Husain, masjid Shaleh Al ja’fari, masjid dardir, masjid imam
kurdi, dan lain sebagainya.
Sistem
pendidikan di Indonesia dibagi menjadi dua, ada yang bernaung di bawah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan dan ada yang bernaung di bawah kementrian agama.
Untuk masa belajarnya yakni pendidikan dasar selama 6 tahun, pendidikan
menengah pertama 3 tahun, pendidikan menengah atas 3 tahun, program sarjana 4
tahun, dan pasca sarjana 2 tahun. Namun untuk sekolah yang bernaung di bawah
kementrian agama pendidikan agam islam lebih ditekankan. Jika di sekolah umum
hanya ada satu pelajaran agama, yakni PAI, maka di sekolah agama PAI dibagi
menjadi lima mapel, yaki al qur’an hadits, sejarah kebudayaan islam, aqidah
akhlaq, fikih, dan tambahan bahasa arab. Kajian agama yang lebih mendalam lagi
dapat ditemui pada lembaga pondok pesantren dengan sistem asrama ( menginap),
di dalamnya akan diajarkan kajian kitab kuning klasik yang dibimbing oleh
kyai/ustadz. Di pesantren juga akan lebih ditekankan pembelajaran gramatika
bahasa arab seperti ilmu nahwu, shoorof, balaghoh, mantiq dan lain sebagainya.
B.
Universitas
Al Azhar
Universitas
al-Azhar adalah universitas yang paling terkenal di dunia Islam,
berada di Cairo Mesir. Universitas ini di dirikan oleh Jendral Jauhar, setelah
pendirian kota Cairo tahun 358 H/ 969 M. Sedangkan menurut sumber yang di kutip
Van Houve pada dalam Ensiklopedia Islam menyebutkan bahwa al-Azhar berdiri pada
tahun 395 H/970 M. Mahmud Yunus dalam bukunya,Sejarah Pendidikan Islam,
mengutip berdirinya al-Azhar pada tahun 358 H. Adapun waktu pembangunan
al-Azhar hingga selesai tidak ada perbedaan yaitu setahun.[4] Al-Azhar pada masa Dinasti Fatimiyah merupakan lembaga pendidikan
yang menjadi corong dan alat untuk propaganda kekuasaan kekhalifahan, sekaligus
sebagai alat penyebaran doktrin Ajaran syi’ah. Pada masa itu sistem pengajaran
terbagi menjadi empat kelas yaitu :
Pertama , kelas umum diperuntukan
bagi orang yang datang ke al-Azhar untuk mempelajari al-Qur’an dan
penafsirannya; Kedua, kelas
para mahasiswa Universitas al-Azhar kuliah dengan para dosen yang di tandai
dengan mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya. Ketiga, kelas Darul Hikam, kuliah formal ini diberikan oleh
para mubaligh seminggu sekali pada hari senin yang dibuka untuk umum dan pada
hari kamis dibuka khusus untuk mahasiswa pilihan. Keempat ,kelas nonformal ,yaitu kelas untuk pelajar wanita.
Mahasiswa
yang belajar di al-Azhar dilarang mempelajari madzhab selain madzhab Syi’ah.
Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang menyimpan kitab al-Muwaththa’, karya monumentalnya
Imam Malik dikenai hukum dan dipenjarakan tahun 381 H/991 M.
Menurut
Hamid Hasan al-Bilgrami, sebagaimana dikutip Abuddin Nata ,bahwa pada masa
Khalifah al-Aziz Billah, 387/988 M dengan usaha wasirnya Yakub Ibn Kills,
al-Azhar dijadikan sebagai Universitas Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu
agama ,ilmu akal (logika) dan ilmu umum lainnya. Untuk menunjang kegiatan
pendidikan dan pengajaran, al-Azhar dilengkapi dengan asrama untuk para
fuqaha (dosen, tenaga pendidik),
serta semua urusan yang kebutuhannya ditanggung oleh Khalifah. Adapun ilmu
agama yang di ajarkan meliputi :ilmu tafsir, qiraat, hadis,fiqih, nahwu, sharaf
dan sastra. Sedangkan ilmu-ilmu umum yang di pelajari ialah filsafat, ilmu
falak, ilmu ukur, musik, kedokteran, kimia dan sejarah, serta ilmu
bumi dan kuliah Darul Hikmah yang di dirikan oleh Khalifah al-Hakim tahun
395 H/ 1005 M.[5]
Ketika kekuasaan beralih dari
Dinasti Fatimiyah ke Dinasti Ayyubi, al-Azhar yang sebelumnya sebagai alat
tunggangan politik dan propaganda paham Syi’ah oleh Daulah
Fatimiyah harus menghentikan segala aktivitasnya sebagai tempat yang
menyelenggarakan peribadatan dan pendidikan.
Sejak
satu abad al-Azhar di tutup, yaitu pada masa kekhalifahan Shalahuddin
al-Ayyubi, sampai 17 tahun dan pemerintahan Dinasti Mamalik. Pada tahun 665
seorang Amir mengajukan kepada sultan al-Azhar Baiars untuk membuka kembali al-Azhar
sebagai tempat untuk shalat Jum’at ternyata usulannya di terima dan disambut
baik oleh Baibars. Sejak itu, al-Azhar di buka kembali yang sebelumnya hampir
satu abad ditutup, sedangkan pendanaannya dibiayai oleh Amir dari uang
pribadinya.
Sejak
itulah banyak ulama yang datang untuk belajar dan mengajar ke al-Azhar seperti,
Ibn Khaldun (784 H/1382 M), Ibnu Hajar al-Asqalani (w.808 H/1406 M), Taqiy
al-Din al-Maqrizi (w.845 H/1441 M), Jalaluddin al-Suyuti (911 H/1505 M).
Al-Azhar
sebagai lembaga pendidikan tinggi saat ini telah banyak melahirkan ulama yang
tidak diragukan dari aspek keimuannya, dan telah banyak menyumbangkan khazanah
ilmu pengetahuan terutama keislaman, baik dari Mesir maupun ulama yang berasal
dari daerah lainnya ,di antara mereka adalah Izuddin bin Abdissalam, Imam
Subki, Jalaluddin as-Suyuthi, al-Hafiz Ibn Hajar
al-Asqalani, dan lain-lain, dan karya monumental dari para ulama tersebut
masih dapat dipelajari dan di saksikan sampai sekarang ini.
Saat
ini al-Azhar telah mempunyai 41 fakultas, 19 fakultas diantaranya berada di
Kairo dan selebihnya berada diberbagai provinsi Mesir.
Fakultas-Fakultas al-Azhar Putera
terdiri dari :
5.
Fakultas Ushuluddin: masa kuliah selama
empat tahun, dengan jurusan-jurusan sebagai berikut :
a.
Tafsir
dan Ilmu-Ilmu al-Qur’an,
b.
Hadis dan Ilmu Hadis,
c.
Akidah Filsafat
d.
Dakwah dan Peradaban Islam.
6. Fakultas
Syariah; dengan jurusan sebagai berikut :
a.
Program Under Graduate, dengan jurusan;
Syariah Islamiyah (4 tahun), Syariah dan Hukum (5 tahun)
b.
Program Post Graduate, dengan jurusan: 1).
Ushul Fiqh, 2). Perbandingan Mazhab, 3). Perbandingan Hukum, 4). Sosial
Politik.
7. Fakultas
Dakwah; jurusan-jurusannya baru ada pada post graduate:
a.
Perbandingan Agama,
b.
Kebudayaan Islam.
8. Fakultas
Studi Islam; dengan jurusan pada post graduate.
9. Fakultas Bahasa Arab; dengan jurusan: 1). Bahasa Arab dan Adab
(Umum), 2) Sejarah dan Peradaban, 3). Pers dan Informasi.
10.
Fakultas-Fakultas
Umum, terdiri dari :
a.
Fakultas Bahasa dan Terjemah,
b.
Fakultas Perdagangan/Ekonomi,
c.
Fakultas Tarbiyah,
d.
Fakultas Kedokteran,
e.
Fakultas Farmasi,
f.
Fakultas Kedokteran Gigi,
g.
Fakultas Tekhnik,
h.
Fakultas Ilmu Pasti,
i.
Fakultas Pertanian
Sedangkan Fakultas-Fakultas al-Azhar Puteri.
1. Fakultas
Studi Islam dan Bahasa Arab, dengan jurusan sebagai berikut :
a. Syariah
Islamiyah
b. Ushuluddin
c. Bahasa
Arab.
2. Fakultas
Studi Sosial
3. Fakultas
Kedokteran
4. Fakultas
Ilmu Pasti
5. Fakultas
Perdagangan
6. Fakultas
Farmasi.
Untuk fakultas-fakultas
agama bagi orang asing (selain Mesir) tidak dipungut biaya kuliah bahkan
diberikan tunjangan beasiswa, sedangkan untuk fakultas umum bagi orang asing
diwajibkan membayar biaya kuliah, kecuali mereka yang mendapatkan beasiswa.
Saat ini, al azhar menganut mazhab teologi asy’ariyah dan
maturidiyah. Dalam fiqih al azhar manganut pendapat madzhab empat, yakni
hanafi, maliki, syafi’I dan hanbali, sedangkan dalam hal tasawuf mengikuti
madzhab tasawuf Imam Junaid Al Baghdadi.
Bahan ajar yang dipakai di universitas al azhar adalah kitab yang
ditulis oleh dosen yang mengampu mata kuliah tersebut. Untuk mata kuliah ulumul
qur’an yang diajarkan adalah kitab yang ditulis oleh Guru Besar Ilmu Tafsir
yaitu Prof. Dr. Ibrahim Abdurrahman Khalifah yang berjudul minnatur Rahman dan beliau sendiri yang mengajarkannya. Untuk mata
kuliah ilmu tauhid yang diajarkan adalah kitab yang ditulis oleh Dr. Rabi’
Jauhari, begitupula dalam ilmu mantiq yang diajarkan juga kitab karangan beliau
yang berjudul Dhawabith Al Fikr .
tentu saja sumber rujukan dan referensi yang digunakan para guru besar dan
dosen pengampu mata kuliah itu adalah kitab-kitab klasik yang lebih luas dan
mendalam.
Tujuan diajarkannya kitab karya dosen pengampu di bangku
perkuliahan, bukan kitab klasik adalah karena tidak semua mahasiswa memiliki
basic ilmu yang memadai dalam keilmuan, apalagi sebagian dari mahasiswa al
azhar adalah orang luar mesir. Selain itu dosen akan lebih mudah memilih pola
dan pendekatan yang tepat agar mahasiswa dengan berbagai latar Belakang bahasa
dapat menyerap apa yang dijelaskan dengan baik. Di samping itu, dengan menulis
kitab sendiri, maka dosen akan mendapat ruang yang cukup untuk mengkritisi
pendapat ulama terdahulu yang perlu dikritisi, karena tidak semua pendapat
ulama terdahulu dapat diterima mentah-mentah.
C.
Ulama’
Besar Mesir
Ketika Islam masuk ke
Mesir, maka Mesir menjadi homebase para ilmuwan islam, hal ini dapat dibuktikan
dengan terdapatnya makam-makam ulama’ misalnys makam Imam Asy-Safi’I, Imam
Waqi’, Imam Dzunnun Al Mishri, makam Rabi’ah al Adawiyah, Makam Imam Badawi,
Makam Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam Suyuti, Sahabiy Abu Darda’, makam ad
dardiry, Imam ‘Athaillah, dan sebagainya. Maka pantaslah hingga sekarang mesir
menjadi tempat untuk menimba ilmu dan kajian keislaman yang luar biasa.[6]
Ulama’ besar Mesir
saat ini salah satunya adalah Syaikh Ali Jum’ah, beliau adalah sosok ulama’
tawadhu. Beliau dikenal mempunyai banyak guru yang alim di segala bidang,
diantaranya syaikh Abdullah bin Siddiq al Ghumari, pakar hadits pada zamannya
penghafal lebih dari lima puluh ribu hadits beserta sanadnya. Syaikh Ali
membaca kitab shahih bukhari, kitab muwattha’ imam malik, kitab al Luma’ fi
ushul fiqh karya Imam Syairazy di hadapan Syaikh Gumari. Hingga Syaikh Al
Ghumari memberikan beliau ijazah dalam meriwayatkan hadits dan ijazah dalam
berfatwa. Beliau juga menganjurkan para muridnya yang lain untuk mengambil ilmu
dari syaikh Ali Jum’ah dan menyatakan bahwa Syaikh Ali Jum’ah adalah salah satu
muridnya yang terpandai di Mesir.
Selain Syaikh Ali
Jum’ah, Mesir juga memiliki ulama’ besar yang terkenal zuhud, yakni Syaikh
ahmad Thayyib. Beliau selalu mengaplikasikan norma-norma agama melalui ilmu
syariat dan tasawuf. Sebagai grand syaikh al azhar, beliau enggan menerima gaji
yang mencapai puluhan ribu pound mesir, juga enggan menuntun satu keeping uang
pun dari kas al azhar. Riset the most
influential muslim tahun 2018 menempatkan beliau sebagai muslim yang paling
berpengaruh di dunia.[7]
D.
Kebudayaan
Islam di Mesir
Penduduk Mesir masih
menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Menutup aurat masih sangat terjaga di
Mesir. Pakaian yang sering dipakai kaum pria adalah jubbah atau celana panjang,
sangat jarang sekali kita temukan seorang pria mengenakan celana pendek di
tempat umum. Begitupula dengan kaum wanita, mayoritas mereka mengenakan
kerudung, bahkan bercadar. Sangat jarang sekali ditemukan wanita mengenakan rok
pendek. Kebiasaan yang masih dipegang erat oleh orang Mesir adalah membaca
Al-Qur’an dan berdzikir di tempat-tempat umum. Banyak ditemukan baik itu di terminal,
bis kota, kereta, took-toko, beberapa orang yang membawa tasbih sembari
berdzikir.sebagian mereka juga masih banyak yang mempergunakan masa menunggu
dengan membaca Al-Qur’an.
Sedangkan di Indonesia
menutup aurat masih belum dilakukan oleh mayoritas pemeluk agama islam. Masih
sering ditemukan juga pria yang memakai celana pendek di tempat umum. Membaca
al qur’an dan berdzikir biasanya dilakukan di tempat ibadah dan di beberapa
momen menggunakan microphone dengan tujuan syiar.
Di Mesir, adzan dikumandangkan lima kali sehari sebagai
pemberitahuan akan masuknya waktu sholat fardhu. Adzan dan iqamah
dikumandangkan menggunakan microphone di setiap sholat lima waktu. Khusus di
hari jum’at beberapa masjid melantunkan bacaan al-qur’an menjelang sholat jum’at.
Di Indonesia, adzan
dikumandangkan lima kali sehari sebagai pemberitahuan masuknya waktu shalat
fardhu. Sesudah adzan beberapa masjid di Indonesia juga mengumandangkan
syi’ir-syi’ir pujian berbahasa arab untu menunggu datangnya jama’ah, semuannya
dikumandangkan dengan menggunakan microphone masjid/ musholla
Kebiasaan orang mesir
selanjutnya adalah suka membantu. Masih banyak ditemukan di masjid-masjid
tertentu menyediakan makanan gratis setiap harinya, terutama di hari jum’at,
beberapa orang membawa kantung makanan lalu dibagi-bagikan di masjid menjelang
sholat jum’at.
Kebiasaan yang sama
juga dilakukan oleh orang Indonesia, masih sering dijumpai beberapa masjid yang
membagikan makanan seusai sholat jum’at.
Orang Mesir juga
sangat malu saat bebuat aib/ kejahatan. Contoh kecil dari hal ini adalah ketika
berada di bis kota. Setiap orang akan membayar karcis tanpa harus disuruh,
jarang sekali ditemukan mereka yang sengaja tidak membayar. Perlu diketahui
bahwa bis kota yang ada di mesir kondekturnya berada di tempat paling Belakang
dekat pintu samping. Kondektur hanya berkeliling satu kali ketika keluar
terminal, setelah itu ia duduk manis di tempat yang telah disediakan. Jika ada
penumpang yang naik dari pintu depan dan ingin membayar karcis, maka penumpang
tersebut harus berjalan kea rah kondektur atau minta bantuan orang lain untuk
menyampaikannya. Contoh lain dari hal ini, seorang pria akan sangat malu saat
ia diingatkan oleh wanita bahwa dia menyenggolnya, maka ketika berdesakan di
bis, seorang wanita pasti diberi ruang oleh pria. Termasuk hal-hal tabu di
mesir adalah, melihat orang yang sedang makan, duduk jongkok di tepi jalan,
seorang pria memegang pantat pria lain, bersenggolan lain jenis yang bukan
mahram, pria berjalan di Belakang wanita, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan
Indonesia, bersenggolan dengan yang bukan mahram dianggap sudah biasa.
Seseorang memukul pantat orang lain juga terkadang dianggap hanya sebatas
gurauan. Banyak juga kejadian wanita mengalami pelecehan di tempat umum.
Adat orang-orang mesir
pada bulan Ramadhan diantaranya adalah membangunkan sahur dengan drum kecil
yang disebut El-Messaharaty, meskipun teknologi lebih canggih dengan adanya
alarm, tapi masyarakat mesir masih menggunakan drum untuk membangunkan sahur.
Tradisi Ramadhan
selanjutnya di Mesir adalah Fanous, Fanous adalah dekorasi yang digunakan warga
mesir untuk menyambut bulan Ramadhan. Seluruh negeri dihias dengan dekorasi
yang unik dan berkilauan. Sepanjang jalan, pintu masuk gedung hingga balkon
terlihat menarik dan ramai.
Tarian rakyat dan band
Hasab Allah juga mewarnai keseruan bulan suci di Kairo. Ada juga pertunjukan
Tanura yang akan membawa setiap yang melihatnya bernostalgia dengan sejarah
mesir kuno. Pertunjukan ini diadakan selepas sholat tarawih. Di bulan ramadhan
juga akan sangat sulit menemukan warung makan yang buka di siang hari, meskipun
di sana juga terdapat penganut non muslim Kristen koptik yang berjumlah hampir
2 % dari penduduk mayoritas muslim di mesir.
Kristen koptik sangat menghormati saudara muslimin yang berpuasa. Begitu
indah toleransi yang dibangun di atas perbedaan agama di mesir.
Tradisi ramadhan di
Indonesia adalah ngabuburit, yakni berjalan jalan sambil menunggu waktu berbuka
puasa. Di samping itu juga diadakan tadarrus al qur’an di masjid/musholla
dengan menggunakan microphone dan disimak oleh beberapa orang. Di pesantren
juga biasanya diadakan khataman kitab klasik yang dipandu oleh kyai/ustadz.
Bagi- bagi takjil dan buka bersama juga masih menjadi tradisi bagi umat islam
Indonesia dalam rangka meraih berkah di bulan suci.
Penduduk mesir juga
tidak mengenal tradisi mudik saat hari raya idul fitri, mereka biasanya
melaksanakan moment pulang kampung pada saat hari raya idul adha. Silaturrahim
pada hari raya idul fitri hanya melibatkan kerabat dan saudara saja, tanpa
melibatkan tetangga sekitar rumsh. Hidangan khas lebaran di mesir adalah ranja
yang terbuat dari ikan asin dan acar juga kue kahk. sedangkan perayaan idul
adha disebut juga idul kabir (hari raya besar) lebih ramai dibandingkan
perayaan idul fitri.menurut penduduk mesir ada alasan mengapa menyebut idul
adha dengan idul kabir karena saat idul adha semua umat islam dapat merasakan
hewan kurban tanpa memandang kemampuan seseorang.[8]
Sedangkan di
Indonesia, hari raya idul fitri terasa lebih meriah disbanding hari raya idul
adha. Pada hari raya idul fitri umat islam Indonesia melaksanakan tradisi mudik
ke kampung halaman dengan tujuan agar bisa bersilaturrahim dengan saudara
sekaligus bagi angpau. Makanan khas idul fitri di Indonesia adalah opor dan
ketupat.
Penduduk mesir juga
terkenal sangat menjaga toleransi baik pada orang asing ataupun lintas agama.
Meskipun mayoritas penduduk mesir beragama islam, minoritas non islam tetap
merasa aman tinggal di Mesir. Penduduk mesir juga sering memberikan bantuan
khususnya pada para pelajar luar mesir yang sedang belajar di mesir.[9]
Warga Indonesia juga
sangat menghargai perbedaan. Dengan beragam suku, bahasa, agama warga Indonesia
tetap hidup rukun atas dasar bhinneka
tunggal ika “ berbeda beda tetapi tetap satu”.
E.
Perbedaan
Pendidikan Islam di Mesir dan Indonesia
Agama Islam adalah agama
negara di Mesir, dan bahasa Arab bahasa resmi Negara. Cita-cita demokrasi terus
dikembangkan dengan berbagai cara untuk menentang feodalisme, monopoli, dan
eksploitasi. Pendidikan wajib selama 5 tahun pada pendidikan dasar, dan dapat
ditambah ke tingkat pendidikan yang tinggi. Pendidikan adalah gratis pada
sekolah-sekolah negeri.[10]
Sebagai negara yang
berpenduduk mayoritas Muslim dan tradisi agama yang kuat, Mesir memiliki sistem
pembelajaran agama Islam pendidikan Islam yang sangat kuat. Standar untuk pendidikan
Islam pun dilakukan dengan standar yang lebih menjamin lulusan pendidikan
keagamaan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang kuat. Karena itu,
dalam pengembangan kurikulum dan evaluasi pendidikan agama, pendidikan Islam di
Mesir sering menjadi rujukan negara-negera Islam lainnya.[11]
Salah satu Problem
dalam pendidikan di Mesir yakni sistem birokrasi dan administrasi yang
carut marut, infrastruktur yang belum memadai, sehingga tak memungkinkan bagi
semua mahasiswa untuk masuk dalam kelas; dengan jumlah mahasiswa yang
membludak, namun ruang kelas belum bisa menampungnya secara sempurna.
Barangkali ini juga yang menyebabkan absen kuliah tak lagi penting di univ.
al-Azhar. Bisa dikata, dari segi satu ini, mungkin kita bisa sedikit berbangga.
Karena setidaknya sebagian sekolah atau universitas kita di Indonesia,
mempunyai sistem birokrasi dan administrasi yang lebih tertata, walau masih
banyak juga yang keadaannya masih sangat memprihatinkan.[12]
Sebagai Negara islam,
Mesir berhasil menjadi kiblat keilmuan islam. Terbukti Mesir mampu melahirkan
ulama ulama besar dunia yang kitab karangannya masih dikaji sampai saat ini di
berbagai Negara, termasuk salah satunya Indonesia. Pendidikan islam di mesir
masih sangat menjaga metode pengajaran Rasulullah SAW. Yakni talaqqi. Hafalan
al qur’an bukan lagi sebagai penunjang melainkan juga sebagai syarat wajib
dalam mempelajari agama islam. Sanad keilmuan para guru di mesir juga terjaga,
dengan harapan barakah akan setiap ilmu yang diajarkan. Tidak ada yang instan
dalam pendidikan agama islam di mesir. Semua dipelajari dari awal dan yang
paling dasar. Lalu berproses menuju tingkat selanjutnya. Semuanya dilakukan
dengan kesungguhan tanpa ada manipulasi di dalamnya.
Sedangkan pendidikan
islam di Indonesia berada di bawah naungan kementrian agama. Dimulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Beberapa orang tua mulai menaruh putra putrinya di
Taman Pendidikan Al Qur’an sedini mungkin untuk belajar tata cara membaca Al Qur’an
dan tajwid. Namun sesudah mampu membaca al qur’an, beberapa diantaranya cukup
berpuas diri dan enggan berkeinginan memahami isi al qur’an. Hanya minoritas
orang tua yang berinisiatif untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke pesantren
dan madrasah diniyah sehingga dapat mempelajari ilmu agama lebih mendalam
termasuk salah satunya tafsir qur’an. Di pesantren, para santri di ajarkan
kitab klasik dengan metode sorogan, yakni santri membaca kitab di depan kyai/
ustadz setelah sebelumnya muthola’ah. Metode ini dianggap efektif untuk melatih
cara berfikir santri disamping metode ceramah dan atau talaqqi. Beberapa
pesantren juga mengadakan bahtsul masail di bawah bimbingan kyai yang mumpuni
untuk meyelsaikan problem umat disertai beberapa referensi dari kitab klasik.
Pendidikan islam di
Mesir dan Indonesia sejatinya tidak jauh berbeda, Karena pendidikan islam di
Indonesia sendiri juga berkiblat pada pendidikan islam di Mesir, karena
beberapa kyai/ustadz yang mengajarkan islam juga banyak yang dari alumni Mesir.
Pelajar Indonesia juga banyak yang memilih melanjutkan studi agama islam ke
Mesir karena ilmu agama islam di sana dianggap mumpuni dan diajarkan oleh
syaikh atau guru yang terjaga sanad keilmuannya. Kitab-kitab klasik yang
diajarkan di Indonesia juga sama dengan yang diajarkan di Mesir, meski lebih
lengkap di Mesir karena beberapa syaikh mempunyai kitab syarah atau penjelasan
karangan masing-masing dari kitab klasik yang ada.
.
F.
Pendapat
Penulis
Mesir dan Indonesia
adalah sama-sama Negara dengan mayoritas penduduk beragama islam. Mesir mampu
sukses menjadi kiblat keilmuan islam atas kesungguhan dan mujahadah para syaikh
/ guru di sana. Beliau tak kenal lelah untuk selalu mengkaji ilmu keislaman di
tengah perubahan zaman. Indonesia sangat membutuhkan generasi penerus yang
mampu memperbaiki sistem pendidikan islam sehingga dapat mengikuti kesuksesan
Mesir. Tentunya Indonesia membutuhkan generasi muda yang memiliki kesungguhan
dalam manuntut ilmu, istiqomah mengkaji ilmuna dan bermujahadah.
Diperlukan adanya
upaya keras dan simultan pada tiap Negara dalam menciptakan lulusan pendidikan
yang siap diterima pasar dunia kerja. Pihak penerima pekerja akan di untungkan
sebagaimana sistem pendidikan Al-Azhar Kairo secara terbuka mengakomodasi calon
mahasiswa dari berbagai lulusan sekolah menengah, namun calon siswa tetap
diharuskan lulus seleksi dan mempunyai ijazah yang setara. Kemudian para calon
mahasiswa yang masing-masing memiliki kekurangan kompetensi dasar diwajibkan
mengikuti program matrikulasi sebelum memasuki kuliah. Sistem ini seharusnya
bisa di adopsi di Indonesia, sehingga lulusan sekolah menengah mana pun harus
tetap terseleksi secara kompetensi keagamaan begitu mereka memilih memasuki
perguruan tinggi bercorak keagamaan seperti IAIN, UIN dan sebagainya.
KESIMPULAN
Agama Islam adalah agama negara di Mesir, dan bahasa Arab bahasa
resmi Negara. Cita-cita demokrasi terus dikembangkan dengan berbagai cara untuk
menentang feodalisme, monopoli, dan eksploitasi. Pendidikan wajib selama 5
tahun pada pendidikan dasar, dan dapat ditambah ke tingkat pendidikan yang
tinggi. Pendidikan adalah gratis pada sekolah-sekolah negeri. Pembelajaran
pendidikan keislaman dilakukan dengan standar yang cukup tinggi untuk
melahirkan lulusan pendidikan keagamaan yang memiliki kompetensi serta
pengetahuan agama yang dalam. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum pendidikan
agama Islam di Mesir sangat relevan untuk diperbandingkan dengan sistem
pendidikan keagamaan Indonesia. Pendidikan guru keagamaan hanya boleh
diselenggarakan oleh sistem sekolah Al-Azhar.
Sedangkan pendidikan islam di Indonesia berada di bawah naungan
kementrian agama. Dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Di samping itu
pendidikan agama islam juga dilakukan secara menyeluruh di dalam lembaga
pesantren dan madrasah diniyah.
Mesir dan Indonesia adalah sama-sama Negara dengan mayoritas
penduduk beragama islam. Mesir mampu sukses menjadi kiblat keilmuan islam atas
kesungguhan dan mujahadah para syaikh / guru di sana. Sudah saatnya Indonesia
juga beerproses untuk mensukseskan pendidikan agama islam seperti halnya Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hallaj, Abdullah, maria al-Qibthiyahummuibrahim, terj. Risyannurhakim, Maria Al Qibthiyah : The Forgotten Love of Muhammad SAW. (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2008)H.21
Fauzan,
Muhammad. Mahasiswa Al Azhar. Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Maret 2022
Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2004) h. 89
Nur, Agustiar
Syah, Perbandingan Sistem Pendidikan
15 Negara (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001), 229
Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001) hlm. 227
Travel.detik.com,
diakses pada 27 Maret 2022
Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, DirasahIslamiyahII(Cet. XXIV : Jakarta Rajawali Pers,
2013) h. 37
[1]Abdullah al hallaj, maria al-Qibthiyahummuibrahim, terj. Risyannurhakim, Maria Al Qibthiyah : The Forgotten Love of
Muhammad SAW. (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2008)H.21
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, DirasahIslamiyahII(Cet. XXIV : Jakarta Rajawali Pers, 2013) h. 37
[4]Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam
(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004) h. 89
[5]Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004) h. 91-92
[9]Wawancara Mahasiswa Al Azhar
[10]Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA,
Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001) hlm.
227
[11]Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001), 229
situs bandar togel
BalasHapusbandar togel online
bandar togel Resmi
togel online
diskon togel online
bandar togel
bandar toto terbaik
bandar togel resmi
pasaran togel resmi